PERANG MERIAM KARBIT TRADISI MALAM TAKBIRAN MASYARAKAT SEKADAU


PERANG MERIAM KARBIT TRADISI MALAM TAKBIRAN MASYARAKAT SEKADAU
(Studi Kasus Desa Tanjung, Kabupaten Sekadau Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat)
Oleh:
Mesy Afrilia
14046095
Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Abstrak
Tradisi Perang Meriam Karbit di Kecamatan Sekadau Hilir adalah sebuah permainan desa yang dilakukan saat malam takbiran. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun dari zaman nenek moyang Melayu Sekadau. Perang meriam dilakukan antara masyarakat desa Tanjung dan masyarakat desa Kampung Tebal yang di batasi oleh Sungai Kapuas yang berada di tengah-tengahnya. Menurut masyarakat sekitar, tradisi ini dilakukan untuk membuang sial dan mengharapkan keberuntungan.
Untuk membuat sebuah meriam dengan kualitas terbaik, tiap-tiap kelompok memerlukan dana jutaan rupiah untuk mempercantik meriam karbitnya. Latar wajib yang dipergunakan adalah bentuk masjid dan tubuh meriam dengan motif bunga. Tradisi ini tidak pernah putus di masyarakat Melayu Sekadau di pinggiran sungai kapuas.

Kata Kunci : Tradisi, Permainan, Meriam Karbit


A. Pendahuluan
Ada satu momen menarik pada bulan suci ramadhan, terutama pada malam takbiran di sepanjang Sungai Kapuas, Sekadau Hilir. Pemandangan meriam berderet-deret di sepanjang tepian Sungai Kapuas Sekadau. Meriam ini bukan meriam mesiu seperti perlengkapan perang pada zaman penjajahan dulu, melainkam meriam karbit terbuat dari ruas-ruas bambu, batang kelapa yang langsung diambil dari batang pohon, memiliki panjang 6 meter dan berdiameter 60 cm.
Ketika kita menyusuri Sungai Kapuas, seolah-olah moncong-moncongnya menagarah ke kita. Menjelang lebaran seperti sekarang ini, meriam-meriam yang kalau belum dimainkan dimasukkan ke dalam sungai, kini diangkat dan dicat ulang, dihias, berikutnya dimainkan lagi. Meriam itu sengaja direndam di dalam air dengan harapan bisa memperpanjang usia pakainya. Pengerjaan persiapan biasanya dilakukan pada malam hari usai shalat Tarawih.

B. Tinjauan Kepusataka
1. Konsep Tradisi
Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berawal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau warisan massa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian tradisi. Misalnya menurt Soerjono Soekamto (1990:181) tradisi adala perubahan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang sama.
Kemudian menurut W.J.S Poerwadarminto (1971:1568) tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang.
2. Permainan Tradisional
Permainan tradisional sering disebut permainan rakyat merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan. Permainan tradisonal tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat (Yunus:1981). kebanyakan permainan tradisiona di pengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan ini selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu.
Permainan tradisonal menurut Yunus (1981) umumnya bersifat rekreatif, karena banyak memerlukan kreasi anak. Permainan ini biasanya merekonstruksi berbagai kegiatan sosial dalam masyarkat.
3. Meriam Karbit
Festival Meriam Karbit umumnya diselenggarakan pada bulan Suci Ramadhan menjelang lebaran. Meriam Karbit yang digunakan terbuat dari kayu yang sudah dihias dan dimodifikasi sedemikian rupa dibuat persis seperti sebuah meriam asli. karbit terbuat dari ruas-ruas bambu, batang kelapa yang langsung diambil dari batang pohon, memiliki panjang 6 meter dan berdiameter 60 cm.

C. Metode dan Teknik Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalalm penelitian ini adalah :
1) Metode kepustakaan (Library Research)
Mengumpulkan data dengan membaca buku-buku yang relevan dan juga mengutip wacana yang berkaitan dengan judul penelitian.
2) Teknik Wawancara
Untuk menggali informasi yang lebih mendalam, penulis melakukan wawancara dengan seorang masyarakat asli Desa Tanjung bernama Mia Kurnia Utami. Wawancara dilakukan melalui telefon pada hari Kamis, 1 Juni 2017 pukul 14.30 WIB.
3) Lokasi Penelitian
Penentuan tempat penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan tujuan penelitian di mana lokasi atau tempat penelitiandi fokuskan di desa Tanjung dan desa Kampung Tebal.

D. Pembahasan
Atraksi permainan meriam karbit ini mempunyai kisah sejarah yang menarik. Menurut cerita, Kesultanan Kadriah Pontianak di tahun 1771 sampai 1808, raja pertama Pontianak, Syarif Abdurrahman Alkadrie ketika membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak sempat diganggu hantu-hantu. Sultan kemudian memerintahkan pasukannya mengusir hantu-hantu itu dengan menggunakan meriap. Membunyukan meriam adalah untuk membuang sial dan mengusir hantu kuntilanak yang ada di Kota Pontianak. Bunyi kerasnya juga menjadi peranda waktu adzan Maghrib.
Seiring berjalannya waktu, tradisi meriam karbit berkembang menjadi daya tarik pariwisata. Di Sekadau Hilir, festival ini dilakukan dengan cara seperti berperang antara desa Tanjung dan desa Kampung Tebal. Peperangan layaknya di medan perang, warga Kampung Tebal saling tembak menggunakan meriam karbit dengan warga Tanjung yang dipisahkan oleh Sungai Kapuas Sekadau.
Sementara di tepi sungai, dentuman suara meriam karbit terdengar saling bersahutan. Ribuan warga Sekadau dan sekitarnya pun tampak memadati lokasi perang karbit yang dibarengi dengan perang kembang api. Warga penduduk sekitar dilarang menghidupkan listrik atau lampu pada saat perang karbit berlangung. Suasana gelap gulita yang di warnai api dari meriam karbit dan kembang api memeriahkan malam itu. Tradisi ini sudah berlangsung sejak berpuluh-puluh tahun.

E. Kesimpulan
Festival Perang Meriam Karbit yang dilakukan setiap malam takbiran sudah menjadi tradisi masyarakat Melayu Sekadau untuk menyambut lebaran. Perang ini untuk merayakan kemenangan di bulan Suci Ramadhan. Festival Perang Meriam Karbit ini dilaksanakan oleh warga desan Tanjung dan warga desa Kampung Tebal dengan cara saling menembakkan meriam ke arah lawan. Festival ini menjadi objek wisatawan pada malam takbiran. Banyak orang berkunjug untuk menyaksikan perang antara kedua desa tersebut. Masyarakat setempat diwajibkan untukmematikan lampu rumahnya, jadi suasana sangat gelap hanya ada cahaya dari karbit dan kembang api yang dinyalakan.
Dalam penyimpanan karbit setelah acara diletakkan didasar sungai kapuas, dengan alasan untuk menjaga keawetan. Jika akan digunakan maka karbit tadi dinaikkan ke permukaan dan dihias kemmbali. Hiasan wajib pada karbit adalah bentuk kubah mesjid dan tubuh meriam dengan motif bunga-bunga. Festival Perang Meriam Karbit ini sudah dilaksanakan oleh nenek moyang Melayu Pontianak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Rinek Cipta : Jakarta
Piotr Sztompka.2007, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Media Grup
Soerjono,Soekamto. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers
Yunus Ahmad (1981), Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta Departement Pendidikan dan kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah
Hasil Wawancara dengan Narasumber (Mia Kurnia Utami), Wawancara dilakukan melalui telefon pada hari Kamis, 1 Juni 2017 pukul 14.30 WIB.




Lampiran
Transkrip Wawancara
Narasumber : Mia Kurnia Utami
Tempat/Tanggal Lahir : Desa Tanjung, 30 Desember 1996

Wawancara dilakukan dengan menggunaka telefon pada Kamis, 1 Juni 2017 pukul 14:30. Berikut ini adalah hasil wawancaranantara narasumber dan pewwancara.

Mesy : Assalamualaikkum
Mia : Waalaikumsallam
Me : Mia, aku mau nanya-nanya tentang acara karbit pas malam takbiran dikampung kau
Mia : Oh emang ngape?Untuk tugas kah?
Mesy : Aok. Aku mau nulis tugas tentang tradisi kebudayaan malam karbitan dikampung kau
Mia : Oh iya, emang dah jadi tradisi sih
Mesy : Aku pengen nulis itu
Mia : Terus kau mau nanya apa gik sama aku?
Mesy : Itu nama acaranya acara apa mia?
Mia : Acara perang karbit pas malam takbiran
Mesy : Jadi perang karbitnya antara desa apa dengan desa apa?
Mia : Desa Tanjung sama desa Mungguk, jadi malam lebaran tu kayak ada perang karbit gitu. Ramai yang datang sampai subuh, sampai jam 2 malam.
Mesy : Kau nonton juga?
Mia : Nontonlah kan di kampung aku.
Mesy : terus, pas acara gitu kita dapat apa? Misalnya pemainnya dapat apa?
Mia : Nggak dapat apa-apa, kayak main-main jak gituk.
Mesy : Jadi cuman buat seru-seruan aja sampe lebaran hari pertama gitu?
Mia : Ndak, eh iya gitu.
Mesy : mulainya pas kapan? Waktunya?
Mia : Pas takbiran mulai
Mesy : Oh berarti pas selesai takbiran langsung mulai karbitan sampe jam 2 subuh. Apalagi Mia?
Mia : Pas acara tu lampu dirumah-rumah dimatikan takut kebakaran, ah kayak gitu-gitu lah dia
Mesy : Oh berarti segala listrik tu dimatikan?
Mia : Iyalah
Mesy : dia tu ada dapat-dapat hadiah gitu nggak?
Mia : Nggak ada dapat hadiah. Sukarela
Mesy : Apa bedanya karbitan di Sekadau sama di Pontianak?
Mia : Kalau di Sekadau perangnya ada lawannya, kalau di Pontianak nggak ada lawannya. Cuma main sendiri dan kayak lomba gitu. Kalo Sekadau nggak di lombakan.
Mesy : Oh gitu. Terus maknanya untuk rakyat sekitar apa?
Mia : Nggak ada ah, cuma untuk suka cita gitu
Mesy : Oke deh miang makasih dah bisa jadi narasumber. Nanti aku telfon agik ya.
Mia : Masama Mesy
Mesy : Assalamuallaikum
Mia : Waalaikumsallam



Komentar